“Baru! Urax 300, suplemen penambah nafsu makan tiga
kali lipat. Cukup dengan tiga kali hirup setiap sebelum sarapan, makan siang
dan makan malam, kamu akan merasa sangat lapar, seperti belum makan selama tiga
hari. Sekarang, kelebihan berat badan bukan lagi impian!” Iklan yang lumayan
meyakinkan, pikir Ursuk. Ia masih terus berjalan melewati sebuah pusat perbelanjaan,
saat melihat iklan itu ditayangkan di sebuah layar besar. Beberapa wanita gemuk
berjalan melewatinya, ia menoleh sambil berkata kepada dirinya sendiri, “Mereka
cantik sekali, aku ingin menjadi gemuk! Sial, aku harus menaikkan berat badan,
mungkin sekitar 70 kilo lagi, atau 90 kilo lagi, atau 100 kilo lagi mungkin.”
Berat badannya memang jauh dari ideal, sekitar 51
kilogram. Kulitnya pun juga putih, tidak terlihat menarik. Ia masih terus
berjalan, kali ini melewati sebuah apartemen mewah, layar besar di gedungnya
menayangkan iklan lainnya. “Gilken 500, krim penghitam kulit lima kali lipat.
Oleskan sebanyak lima kali ke seluruh tubuh saat berjemur di bawah sinar
matahari, kulit kamu akan terbakar, lima kali lebih panas dari biasanya.
Ucapkan selamat tinggal kepada kulit putih!” Iklan itu cukup menarik
perhatiannya, ia tertegun sejenak, kemudian bergegas berjalan menuju Orbos.
Pasar swalayan itu cukup modern, ada beberapa pegawai hologram yang siap
membantu jika kesulitan mencari produk yang diinginkan.
“Halo A654RX, aku mencari Gilken 500. Ada di sebelah
mana ya? Oh, Urax 300 juga. Hampir saja aku lupa!” tanya Ursuk kepada pegawai
hologram yang lewat di sampingnya. “Oh, kedua produk itu cepat sekali habisnya.
Tapi sepertinya kamu beruntung, menurut data yang barusan aku unduh di kepalaku,
masih ada masing-masing 1 buah produk Urax 300 dan Gilken 500. Bagian produk
perawatan diri ada di sebelah sana, lurus saja, lalu belok kiri.” Ursuk
berjalan terburu-buru, ternyata belum ada orang lain yang mengambil Urax 300
dan Gilken 500 terakhir di rak itu. Kasir hologram memindai gelang Haltin
miliknya yang berwarna biru, beberapa menit kemudian transaksi selesai. Gelang
berwarna biru itu kelas tertinggi, batas kreditnya lumayan besar, MD
450.000.000.
Hari sudah agak malam saat Ursuk kembali ke apartemen,
jam hologram di dinding menunjukkan pukul 9 lewat 15. “Menurut artikel yang aku
baca, makan malam di atas jam 8 akan membuatku cepat gemuk. Apalagi, kalau
setelah itu langsung tidur. Ini saat yang tepat untuk mencoba produk baru ini!”
Ia mengambil Urax 300 dari kantung belanja dan menarik tutupnya, produk itu
mengeluarkan asap berwarna merah, ungu dan kuning yang meliuk-liuk seperti
tentakel. Ia kemudian menghirupnya sebanyak tiga kali. Satu kali, ia mulai
terasa lapar. Dua kali, lebih lapar lagi. Tiga kali, laparnya bukan main. Entah
seperti belum makan berapa hari, tiga hari mungkin, seperti yang iklan itu
bilang. Ia makan dengan sangat rakus, sepertinya tiga kali lebih banyak dari
biasanya. Saat perutnya masih terasa sangat kenyang, ia bergegas naik ke tempat
tidurnya. Ia mengambil dua buah pil Lublek 200, beberapa detik kemudian ia
langsung tertidur pulas. Obat tidur itu memang ampuh, persis seperti yang dijanjikan
oleh iklannya, tertidur lelap seperti baru disuntik obat bius untuk gajah.
Keesokan harinya ia terbangun sekitar pukul 7 pagi,
perutnya terasa agak sakit, karena masih kekenyangan. Ursuk kemudian mengambil
Urax 300, dan menghirup asapnya lagi sebanyak tiga kali. Ia melahap sarapannya
dengan rakus, kali ini hanya dua kali dari porsi biasanya. Sepertinya iklan itu
menawarkan janji yang agak berlebihan, atau mungkin ia lupa berapa kali lipat
porsi sarapan yang dihabiskannya pagi itu. Sebelum berpakaian, ia mengoleskan
krim Gilken 500 ke seluruh tubuhnya sebanyak lima kali. Krim itu tidak lengket,
tidak berwarna dan juga terasa kering saat dioleskan. Ia bergegas berangkat
kerja, berjalan melewati beberapa gedung perkantoran. Iklan-iklan produk
kecantikan masih gencar ditayangkan di kanan kiri jalan, banyak merek baru yang
bahkan belum pernah ia dengar sebelumnya.
“Sialan, iklan-iklan ini membuatku tergoda! Tapi cukup
Urax 300 dan Gilken 500 saja untuk saat ini, sepertinya klaim mereka lebih
meyakinkan daripada ratusan produk baru lainnya,” gumam Ursuk. Matahari
bersinar cerah pagi itu, tapi tiba-tiba ia merasakan kulitnya terbakar. Mungkin
lima kali lebih panas dari biasanya, seperti yang dijanjikan iklan itu. Ursuk
merasa sangat kesakitan, tapi ia terus berjalan menuju kantor, mengurungkan
niatnya untuk beralasan tidak masuk kerja. “Ini belum seberapa, aku pasti kuat.
Kecantikan itu ada harganya,” ujarnya sembari menahan panas yang luar biasa di
kulitnya. Pukul 1 siang, ia tidak kuat lagi untuk melanjutkan pekerjaannya.
Ursuk memutuskan untuk pulang lebih awal, tapi itu
adalah keputusan yang salah, panas terik matahari saat siang hari justru lebih
sinting lagi! Mungkin tujuh kali lipat, atau delapan kali lipat, atau sepuluh
kali lipat. Oh, hanya Mesin Maha Cerdas yang tahu. “Oh, aku pasti kuat! Kecantikan
itu ada harganya!” Ursuk masih berusaha meyakinkan dirinya. Ia mampir ke sebuah restoran cepat saji dan
memesan tujuh porsi makan siang untuk dibawa pulang. Sesampainya di apartemen
ia tidak langsung mandi dan menghapus krim Gilken 500 di sekujur tubuhnya, yang
membuatnya kesakitan luar biasa. Padahal, kulitnya sudah melepuh dan terlihat
menghitam, agak terkelupas sedikit. Kecantikan itu ada harganya, begitu pikirnya.
Ia kembali menghirup Urax 300 sebelum makan siang,
padahal ia masih sangat kenyang. Tapi tidak, bukan tiga kali hirup seperti yang
dianjurkan. Satu kali, ia mulai terasa lapar. Dua kali, lebih lapar lagi. Tiga
kali, laparnya bukan main. Empat kali, amat sangat lapar sekali. Lima kali,
lapar seperti belum makan selama seminggu. Ia terus makan dan makan dengan
rakus. Porsi kesatu, habis dalam beberapa menit. Porsi kedua, ia masih makan
dengan lahap. Porsi ketiga, ia mulai sedikit kenyang. Porsi keempat, ia mulai
sedikit mual. Porsi kelima, ia mulai muntah. Ursuk masih terus memaksa untuk makan. Muntah, makan lagi.
Muntah lagi, makan lagi. Muntah lagi, terus makan lagi. Porsi kelima akhirnya
habis dengan paksa, perutnya sudah tidak bisa menerima makanan lagi.
Masih ada dua porsi yang harus ia habiskan. Porsi
keenam, makan lagi. Muntah lagi, makan lagi. Muntah lagi, tersedak. Makan lagi,
muntah. Mulutnya masih penuh dengan makanan, ia berusaha meyakinkan dirinya
sendiri. “Akk-kkuu pass-sstii bis-ssaa! Kecann-tikk-aann itt-ttuu add-daa harr-ggaa-nnyyaa…”
Ursuk tersedak lagi, lalu makan lagi. Sekarang hanya tinggal satu porsi lagi
yang tersisa, ia masih memaksa untuk makan. Muntah lagi. Tersedak lagi. Makan
lagi, tersedak, dan kemudian mampus. Ursuk ambruk di meja makan, wajahnya
menghantam piring dengan keras, sampai pecah berkeping-keping. Layar televisi
di belakangnya menayangkan iklan sebuah produk kecantikan, “Ada harga untuk
sebuah kecantikan, tapi tidak selalu harus mahal!”